Banjir Jakarta semakin parah setelah di kepung banjir, dan kali ini kondisinya makin memprihatinkan. Hingga hari ini, tercatat sebanyak 67 Rukun Tetangga (RT) di berbagai wilayah ibu kota terdampak genangan air dengan ketinggian yang bervariasi. Hujan deras yang mengguyur Jakarta sejak beberapa hari terakhir jadi penyebab utama, di tambah buruknya sistem drainase yang belum juga tuntas di benahi.
Di media sosial, banyak warga yang mengeluh soal banjir yang bahkan masuk ke dalam rumah mereka. Gambar dan video kondisi jalanan, komplek perumahan, hingga area bisnis yang terendam air beredar luas dan bikin banyak orang makin khawatir: “Apakah ini akan jadi rutinitas tahunan yang nggak pernah selesai?”
Awal Mula Banjir Jakarta Semakin Parah
Dari data yang dirilis BPBD DKI Jakarta, dua wilayah yang paling parah terdampak adalah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Di beberapa titik, air bahkan mencapai ketinggian lebih dari 70 cm, cukup untuk menghambat kendaraan roda dua dan bahkan mobil kecil. Beberapa kawasan seperti Kampung Pulo, Cipinang Melayu, dan Pejaten Timur di laporkan nyaris lumpuh total.
Warga terpaksa mengungsi, terutama mereka yang tinggal di bantaran sungai. Kondisi ini sangat menyulitkan, apalagi bagi keluarga dengan anak kecil dan lansia. Banyak dari mereka mengaku tidak mendapat bantuan memadai, padahal sudah berhari-hari berada dalam kondisi darurat.
Baca Juga:
Tanggul Di Jati Padang Jaksel Akan Diperbaiki, Ucap Pemkot Jaksel
Penyebab Utama: Hujan Ekstrem dan Drainase Buruk
Kalau ditanya apa penyebab utama banjir kali ini, jawabannya kombinasi antara curah hujan ekstrem dan sistem drainase yang buruk. Dalam seminggu terakhir, hujan turun nyaris setiap hari, dengan intensitas tinggi dan durasi lama. Hal ini bikin air nggak sempat surut, malah makin naik tiap harinya.
Yang bikin kesal, masalah drainase seperti nggak ada habisnya. Setiap musim hujan, masalah yang sama terus berulang. Got mampet, saluran air nggak berfungsi maksimal, dan proyek perbaikan yang seperti jalan di tempat. Padahal, masyarakat udah berharap banyak dari program pengendalian banjir yang sering di janjikan.
Transportasi dan Aktivitas Sehari-hari Jadi Korban
Banjir kali ini nggak cuma bikin rumah-rumah terendam. Aktivitas sehari-hari warga juga ikut terganggu parah. Banyak pengendara motor yang terpaksa putar balik atau mogok di tengah jalan karena genangan air. Angkutan umum seperti TransJakarta pun mengalami gangguan operasional di beberapa rute.
Para pekerja kantoran, ojek online, pedagang kaki lima, hingga anak sekolah pun terdampak langsung. Banyak sekolah terpaksa libur karena akses ke lokasi terputus. Beberapa warga mengaku harus jalan kaki sejauh 2-3 kilometer demi sampai ke tempat kerja atau mencari tempat yang lebih aman.
Tanggapan Pemerintah dan Reaksi Warga
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta lewat BPBD menyebutkan bahwa mereka terus melakukan penanganan banjir lewat pompa penyedot air, pengerukan sungai, dan koordinasi dengan kelurahan setempat. Namun, banyak warga yang merasa langkah-langkah tersebut terkesan lambat dan nggak menyelesaikan masalah secara menyeluruh.
Banyak komentar bermunculan di media sosial yang mempertanyakan prioritas pemerintah dalam menangani infrastruktur banjir. Bahkan, ada yang menyindir bahwa banjir lebih cepat datang di banding bantuan pemerintah.
Harapan Warga Jakarta: Jangan Sekadar Janji
Warga Jakarta sebenarnya sudah lelah dengan janji-janji penanganan banjir yang hanya ramai di awal musim hujan, tapi hilang saat cuaca mulai cerah. Setiap tahun, cerita yang sama terus berulang, dan dampaknya makin terasa. Dari kerugian materi, gangguan kesehatan, sampai trauma psikologis.
Harapan besar ada di tangan pemerintah dan juga partisipasi warga. Semua pihak harus bekerja sama, dari mulai nggak buang sampah sembarangan, aktif dalam kerja bakti, hingga mendesak pemangku kebijakan untuk serius mengatasi persoalan ini. Karena, kalau tidak, bukan tidak mungkin jumlah RT terdampak akan terus bertambah di musim hujan berikutnya.